Sabtu, 20 Desember 2008
Tepatnya pada Hari Jumat Tanggal,25 September 1964 atau 44 tahun yang lalu di desa Sumber Sekar Dau Kabupaten Malang Jatim, telah Lahir seorang bayi laki laki bernama Walidi anak pertama dari pasangan Suami /Istri Bapak Wariyat/Ibu Sarmini ,kondisi bayi tersebut awalnya normal dan sehat,namun setahun kemudian bayi tersebut sering menderita sakit , karena sering kali sakit ,kedua orang tuanya sepakat mengganti nama anaknya , semula Walidi namanya diganti lamidi,
Harapan tidak sesuai dengan kenyataan ,ganti nama sakitnya malah parah,menurut cerita orang tua kami, pada umur satu tahun kami sakit panas dibawa ke Puskesmas untuk berobat,kebetulan Dokternya libur , yang lagi tugas hanya mantri, kami di suntik, dipantat sebelah kiri, satu minggu kemudian kaki kami sebelah kiri tidak bisa untuk berdiri ( lumpuh ).dua tahun kemudian kami belajar berjalan pakai krek, dan sampai sekarang krek itu sebagai teman setia kami.dan nama kami diganti lagi yaitu Kariyadi .
Kami berprinsip bahwa nasib seseorang tidak akan berubah apabila orang itu tidak berusaha untuk merubah nasibnya sendiri, Setelah tamat Sekolah Dasar di SDN Sumber Sekar Dau,kami memutuskan untuk merantau ke Kota Malang, kurang lebih 12 km dari Desa Sumber Sekar Dau,
Kami sempat binggung sesampainya di kota Malang karena tidak ada yang dituju,selama satu Minggu hanya jalan puter puter cari pekerjaan, karena kegigihan kami akirnya mendapatkan pekerjaan menjual Koran terbitan local Malang yaitu Suara Indonesia setiap hari jalan kaki keliling kota Malang ,
Satu tahun kemudian tepatnya Tahun 1980 – 1986 kami diajak teman untuk berjualan Koran menetap di Kantor BRI Cabang Malang di Jalan Kawi, Allamdulilah dari jualan Koran tersebut kami bisa sekolah sampai Tamat SMA dengan biaya hasil keringat sendiri.
PERJALANAN CINTA – RUMAH TANGGA – PRESTASI
Awal pacaran atau cinta pertama kami sewaktu di SD kelas VI namun hanya berjalan sampai 6 bulan buyar , di SMP seingat kami 2 kali pacaran , di SMA 4 kali pacaran,semuanya layu sebelum berkembang,
kami mencoba untuk bangkit lagi, kegagalan bukan sebagai pemicu untuk putus asa tetapi sebagai pemacu untuk terus berusaha ,kami ada keyahkinan bahwa cinta adalah satu satunya kebebasan di dunia ,karena ia mengangkat jiwa begitu tinggi,hukum alam ataupun hukum manusia tak akan dapat mengubah arahnya atau merintangi, kalau sudah jodoh takkan lari kesiapapun, dia tercipta memang untuk saya.
Allhamdulilah tahun 1987 kami betul betul menemukan cinta sejati, 6 bulan pacaran tepatnya
Tanggal, 25 Agustus 1987 kami melangsungkan pernikahan, umur kami waktu itu 23 tahun dan istri 16 tahun .Namanya Setyowati dari Kel. Bareng Malang.
KELILING INDONESIA DALAM RANGKA PERINGATAN SUMPAH PEMUDA’87 DAN HARI
ABRI.
Satu bulan setelah Nikah,kami punya keinginan kuat untuk berangkat keliling Indonesia,dan keinginan ini tidak bisa ditunda lagi,alasan kami mumpung belum punya anak, motivasi lain ingin mengenal lebih dekat adat istiadat masyarakat Indonesia, memperluas wawasan kebangsaan ,untuk menumbuhkembangkan rasa cinta Tanah Air dalam NKRI. Setelah kami mendapatkan surat rekomendasi dari Jakarta pada Tanggal 1 Oktober 1987 kami menghadap sekalian pamit dengan Walikota Malang ( Tom Uripan SH ) hari itu juga kami mengawali start menuju Surabaya,menemui Gubernur Jatim di Grahadi ( Wahono ) sekaligus pamitan terus ke Madura .
Route Keliling Indonesia : Start Balai Kota Malang – menuju Surabaya ke Bangkalan – Sampang – Pamekasan – Sumenep kembali ke Surabaya rute selanjutnya Pasuruhan – Probolinggo – Lumajang – Jember – Bondowoso – Situbondo – Banyuwangi – P.Bali – ( NTB ) Mataram – Selong - Sumbawa Besar – Dompu – Bima -( NTT ) Kab. Manggarai – Kab Ngada – Kab Ende – Kab. Sumba Timur / Waingapu – Kupang – Kab Timor Tengah Selatan – Kab Belu – Antabua – Dili – melanjutkan perjalanan menuju ( Irian Jaya/ Papua ) Merauke – Oksibil- Jayapura – Kab. Jayapura – Kab.Yapem Waropen – Serui – Biak – Manukwari – Sorong – Masohi kab. Maluku Tengah – Ambon – Suasio Kab Halmahera Tengah – Ternate –Bitung – Manado – Tandano – Kota Mubagu – Inabato – Kab.Bolaang Mangandao – Gorontala – isimu – Ilamuta – Kab Bunleno - Bual –Tolitoli – Donggala – Palu – Poso – Luwuk – Bungku – Kendari – Kolaka – Palopo – Makale – Enrekang – Sinderekang – sengkang – Watang Sopeng – Watambone -Sinjae – Bulukumba – Bantaeng – Jeneponto – Takalar - Sungguminasa / Gowa – Makasar – Maros - Pangkajene – Barru – Pare – Pare –Tarakan – Malinau – Kab Bulungan – Tannjung Redeb – Kab Kutai Timur – Sangata – Bontang – Samarinda – Balikpapan – Tanangragot – Tanjung – Barabai – Amuntai - Kandangan – Rantau – Martapura – BanjarBaru – Pleihari – Banjarmasin –Kuala Kapuas – Palangkaraya –Sampit – Kanglaan bun – Ketapang – Mempawah – Singkawang – Tanjung Pinang – Batam – Tanjung Balai Karimun – Bengkalis – Siak sri Indapura – Kerinci – Pekan Baru – Bangkinang – Ujung Tanjung – Rantau Perapat – Tanjung Balai – Kisaran – Tebing Tinggi – Lubuk Pakam – Medan – binjai –Stabat – Langsa – Lhok Seumawe – Bieurem – Sigli – Banda Aceh – Sabang – Banda Aceh – Janthoi – Meulaboh – Takengon –Kuto Cane – Sidi Kalang – Kab.Toba Samosir –Balige- Tawung – Padang Sidempuan – Penyambungan – Lubuk Sikaping – Bukit Tinggi – Padang Panjang- Solok – Padang – Sawah Lunto- Sijunjung – Muarabungo – Muara Tebo – Muara Bulian – Jambi – Muarabulian – Sarolangun – Bangko – sungaipenuh –Kuncup – Bengkulu – Manna – Lahat – Muara enim – Prabumulih – Palembang – Kayu Agung – Blambangan Umpu – Kota Bumi – Bandar Lampung - Cilegon – Serang – Tangerang – Jakarta Barat – Finish di Kantor Menpora ( Abdul Gafur )
Kegiatan Keliling Indonesia
Sebelum Berangkat kami membekali diri dengan berbagai Ketrampilan,diantaranya mempelajari berbagai resep masakan dan kue Jawa, mempelajari berbagai bentuk kerajinan serta belajar tentang wawasan kebangsaan .
setiap kami singgah di daerah terpencil kami praktekan sesuai dengan keadaan daerah tersebut, contoh ada desa yang banyak menghasilkan Kedele kami ngajari cara membuat tempe dan tahu, cara masak membuat mendol dan lain – lain, yang sering kami lakukan masak dan membuat kue bersama ibu ibu , kami sering lakukan untuk tukar resep.
Setiap sampai di suatu daerah yang kami datangi pertama Kantar Pemerintah Daerah untuk ijin masuk wilayah, sasaran kedua Pondok Pesantren, selanjutnya Panti asuhan , YPAC, Karang Taruna
Kepala Suku/Adat ,terus yang terakir tempat Peninggalan sejarah dan tempat wisata.
Sukaduka :
Sukanya ; Kami bisa masuk ke Istana Negara dan diterima Oleh Bapak Presiden Suharto,yang kedua niat kami untuk tour silaturrohmi dalam memperkokoh NKRI terlaksana, disisi lain
kami bisa menikmati indahya Bangsa Indonesia dan Bangga Menjadi Putra Indonesia ,serta
Kami bisa Keliling di 27 Propinsi dengan Gratis selama satu tahun empat bulan .
Dukanya : kalau tiba didaerah terpencil tidak ada yang bisa bahasa Indonesia kami kesulitan untuk berkomunikasi. kami pernah ngalami tidur di hutan, gara gara Tanya jalan untuk menuju kata malah diarahkan menuju hutan,
yang kedua saat istri kami melahirkan anak kami yang pertama kami tidak ada di sampingnya
kami hanya bisa mengirimkan Nama anak kami karena lahir perempuan kami berinama Wiwa
Wahadi Tingkeli , arti dari Wahadi Tingkeli ( Wa – Waktu, Ha- Hamil, di- di Ting - tinggal
Kel –Keliling I – Indonesia.
Koleksi : kami menyempatkan untuk mengumpulkan kenang kenangan Photo kaum Wanita yang
kebetulan sempat kami kenal dalam perjalanan dari 27 Propinsi terkumpul Sejumlah
6411 photo.
Untuk selanjutnya kami ingin membuat buku isi tentang perjalanan petualangan keliling Indonesia ini.